APRILIANA WAHYU DEWI ANIFA

Sabtu, 08 Mei 2010

Pulau Tidung

Pulau Tidung yang belakangan disebut oleh para backpacker dan komunitas back packer Indonesia sebagai New Paradise merupakan pulau terbesar diantara gugusan pulau di Kepulauan Seribu. Pulau ini sudah didiami penduduk sejak zaman penjajah Belanda. Dalam buku Sejarah Djakarta, (saya lupa pengarangnya, karena buku ini saya baca ketika duduk di bangku sekolah dasar, saya menemukan buku saku ini di laci kerja bapak), disebutkan bahwa ketika Fatahillah menyerbu Malaka, beliau dan pasukannya memanfaatkan pulau-pulau yang ada di Teluk Jakarta sebagai tempat mengatur strategi. Salah satu pulau itu diberi nama Pulau Tidung, artinya pulau tempat berlindung.


Pulau Tidung adalah pusat Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. Pulau ini dihuni oleh lebih dari 3 ribu kepala keluarga. Sebagian besar penduduknya nelayan.


Di sebelah timur pulau ini terdapat Pulau Tidung Kecil. Kini kedua pulau ini tersambung oleh sebuah jembatan kayu yang sangat indah. Kita bisa menyusuri jembatan itu sambil melihat ke bawah laut yang bening dengan pemandangan karang-karang dan ikan yang beraneka warna. Panjang jembatan sekitar 2 kilometer. Di sekitar jembatan terdapat beberapa kerambah ikan milik nelayan setempat.


Meskipun bukan pulau wisata, tetapi pulau ini sangat nyaman untuk dijadikan tempat rekreasi bagi masyarakat yang ingin menikmati suasana pulau dengan biaya murah. Air lautnya yang bening dan hamparan pasir putih di tepi pantainya sangat indah untuk dinikmati. Belum lagi pesona sunrise dan sunset yang indah setiap harinya. Maka tidak heran jika para backpacker menyebut pulau ini sebagai surga baru atau new paradise bagi komunitas pecinta wisata di tanah air.


Berenang dan mancing di Pulau ini sangat menyenangkan. Pengunjung bisa mancing di dermaga atau di jembatan atau menyewa kapal nelayan. Begitu juga berenang. Kegiatan diving dan snorkling juga oke. Apalagi sekarang sudah banyak tersedia penyewaan peralatan snorkling dan diving plus guide dan kapal kecilnya.


Untuk penginapan jangan khawatir. Ada banyak tempat penginapan di sini. Apalagi dalam satu tahun terakhir, pembangunan penginapan-penginapan baru terus dilakukan oleh penduduk untuk mengantisipasi jumlah pengunjung yang terus meningkat setiap minggunya. Kalau pun penginapan yang ada penuh, kita bisa kok menumpang di rumah salah satu penduduk. Umumnya mereka wellcome kepada para tamu. Kalau mau cari makan juga bisa beli di warung makan. Ada nasi, bakso, mie ayam dan lain-lain. Kita juga bisa pesan katering di rumah penduduk. Mereka pasti mau menerima katering yang kita pesan. Soal harga, gak mahal, kok. Hanya 15-17ribu untuk sekali makan.


Untuk mencapai pulau ini, kita bisa mendatanginya lewat Pelabuhan Muara Angke Jakarta atau dari Pelabuhan Muara Cituis (Rawasaban) Tangerang. Ke Pelabuhan Muara Angke, kita bisa naik angkot dari Grogol atau Kopami dari Beos, Kota. Sedangkan kalau lewat Tangerang, kita bisa naik mobil colt dari Terminal Pasar Baru.


Baik dari Pelabuhan Muara Cituis maupun dari Pelabuhan Muara Angke kendaraan standby setiap hari. Kendaraannya berupa kapal kayu milik nelayan Pulau Seribu. Hanya saja kita harus tahu jadwalnya, jangan sampai ketinggalan. Dari Muara Angke, biasanya kapal berangkat pukul 07.30. Sebaiknya penumpang sudah tiba di dermaga sebelum pukul 07.00 karena jika sudah penuh kapal langsung berangkat tanpa menunggu jadwal. Apalagi kalau hari Sabtu. Seringkali pukul 06.00 pun kapal terpaksa sudah berangkat karena sudah penuh. Ongkosnya hanya 33 ribu sekali jalan, dengan lama perjalanan sekitar 2 jam-an.


Sementara jadwal keberangkatan dari Muara Cituis Tangerang pukul 11.00 WIB dengan ongkos 20 ribu dan lama perjalanan sekitar 1,5 jam. Mau liburan? ke Pulau Seribu aja

sumber : enjoypulauseribu.com

Tidak ada komentar: